Internasional,MA – Pemerintah Israel secara resmi menyatakan bahwa serangan rudal militer Iran selama 12 hari telah memukul perekonomian negara.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis oleh Otoritas Pajak Israel, kerugian akibat gempuran rudal Iran mencapai 3 miliar dolar atau sekitar 10 miliar shekel.
Ini disebut sebagai salah satu beban ekonomi terbesar yang pernah dialami negara itu dalam sejarah modern, sebagaimana dikutip Financial Express.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pemerintah Israel mengungkap bahwa total kerugian miliar dolar itu mencakup biaya perbaikan bangunan yang rusak, kompensasi bagi bisnis lokal yang terdampak serta biaya evakuasi lebih dari 9.000 warga yang rumahnya rusak.
Pemerintah Israel secara resmi menyatakan bahwa serangan rudal militer Iran selama 12 hari telah memukul perekonomian negara.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis oleh Otoritas Pajak Israel, kerugian akibat gempuran rudal Iran mencapai 3 miliar dolar atau sekitar 10 miliar shekel.
Ini disebut sebagai salah satu beban ekonomi terbesar yang pernah dialami negara itu dalam sejarah modern, sebagaimana dikutip Financial Express.
Pemerintah Israel mengungkap bahwa total kerugian miliar dolar itu mencakup biaya perbaikan bangunan yang rusak, kompensasi bagi bisnis lokal yang terdampak serta biaya evakuasi lebih dari 9.000 warga yang rumahnya rusak.
Namun, angka tersebut belum termasuk biaya penggantian senjata dan sistem pertahanan yang digunakan selama operasi militer berlangsung.
Sementara itu, warga sipil memanfaatkan kekacauan pasca serangan untuk mengambil uang tunai dan barang-barang mewah dari bangunan yang rusak.
Termasuk menara apartemen 32 lantai dan Azrieli Mall yang terletak tidak jauh dari kompleks militer tersebut.
Berdasarkan keterangan saksi dan laporan lapangan, barang-barang yang dijarah meliputi uang tunai dari toko-toko dan brankas apartemen, kemudian perhiasan emas dan jam tangan mewah.
Tak hanya itu gawai elektronik seperti laptop, ponsel, dan kamera turut menjadi sasaran pencurian.
(Sumber Berita)
(SerambiNews)